Terlalau terobsesi dengan kehidupan rumah tangga yang sempurna
Apakah suami Mama tipe orang yang perfeksionis atau selalu menginginkan segala sesuatunya sempurna?
Sifat ini tentunya bagus, namun kalau sudah berlebihan tentunya tidak baik. Pada dasarnya tidak ada seseorang di dunia ini yang memiliki kesempurnaan dalam hidupnya.
Seseorang yang perfeksionis cenderung tidak bisa memiliki rasa toleransi terhadao sesuatu yang bertentangan dengan keinginan mereka. Apabila gagal memenuhi standarnya, maka ia akan menyalahkan orang-orang di sekitarnya terutama istrinya sendiri.
Ubah strategi Bunda
Dalam pikiran dan hati Bunda, ubahlah tujuan dari 'menang atau mendapatkan apa yang Bunda inginkan’ menjadi mengembangkan teknik tenang, penuh kasih sayang, serta efektif. Ubah strategi demi kemenangan diri sendiri tapi menjaga keharmonisan bersama.
Carilah solusi dari masa lalu
Pikirkan tentang bagaimana Bunda menangani situasi secara efektif ketika suami menyalahkan Bunda.
Mengapa kemarin bisa berhasil? Apa yang menghalangi Bunda menggunakan pendekatan itu sekarang? Apa yang Bunda pelajari tentang cara yang efektif atau tidak dalam menangani argumen, perselisihan, dan saling menyalahkan?
Tidak siap berkomitmen dan mengambil tanggung jawab penuh
Meskipun telah lama menikah, banyak juga orang yang belum siap berkomitmen pada pasangannya. Mereka tidak cukup berani untuk mengambil tanggung jawab penuh atas tindakannya yang salah.
Dikarenakan tidak mau disalahkan, lebih mudah untuk melimpahkan kesalahan pada pasangannya dan bertindak seolah-olah dirinya yang paling benar.
Nah Ma, itulah beberapa alasan kenapa suami selalu egois dan sering menyalahkan. Dengan mengetahuinya, semoga Mama bisa lebih bijak saat menghadapinya!
Suami belakangan sering menyalahkan Bunda? Jangan langsung terpancing emosi, simak cara bijak menghadapi suami yang selalu menyalahkan istri.
Pertengkaran menjadi ‘bumbu’ yang bisa membuat langgeng pernikahan. Bahkan pasangan paling bahagia pun tidak terlepas dari pertengkaran dan rasa kecewa.
Bertengkar itu wajar, namun kalau suami tidak mau kalah dan selalu menyalahkan Bunda atas segala hal yang terjadi tentu akan terasa tak nyaman. Ketika sudah sering terjadi maka bisa menimbulkan perselisihan hebat yang berujung pada perpisahan.
Tentu Bunda tidak ingin merusak rumah tangga sendiri karena emosi sesaat, bukan? Mari coba hadapi dengan bijak.
Punya kepribadian narsistik atau terlalu terobsesi dengan dirinya sendiri
Apakah suami Mama memiliki tipe kepribadian narsistik?
Orang yang seperti ini cenderung terobsesi dengan dirinya sendiri. Terutama saat berada dalam posisi bersalah, harga dirinya terlalu tinggi untuk minta maaf dan bertanggung jawab.
Seseorang yang narsistik selalu merasa dirinya paling benar dan cenderung mencari orang lain untuk disalahkan. Sebagai istrinya, Mama akan jadi pihak yang selalu mengalah dan meminta maaf demi memperbaiki keadaan.
Bersikaplah tenang
Tetap tenang, jangan menyindir, jangan membuat ekspresi wajah yang mengesalkan, serta jangan membuat desahan yang menjengkelkan. Jangan menjauh, kecuali jika Bunda merasa berada dalam bahaya.
Jika perlu menjauh, beri tahu suami bahwa Bunda ingin membicarakan masalahnya tapi perlu waktu untuk berpikir. Kalau memungkinkan, tetapkan batas waktu dalam beberapa hari ke depan untuk mendiskusikan dan memperbaiki masalah tersebut.
Bagaimana cara bijak menghadapi suami yang sering menyalahkan istri? Jawabannya adalah mendengarkan mereka.
Salah satu elemen penting dalam komunikasi adalah mendengarkan pasangan Bunda. Jangan berbicara di sela-sela perkataan suami.
Pasti ada banyak emosi yang menumpuk di dalam diri suami. Jadi, izinkan saja suami untuk melepaskan diri sebelum menjelaskan alasan dari sisi Bunda.
Begitu suami merasa ringan maka dia juga akan siap mendengarkan Bunda.
Jika Bunda melakukan sesuatu yang bukan tindakan terbaik, akui saja. Kemudian minta maaf.
Jelaskan, tanpa membuat alasan, tapi tambahkan apa yang menurut Bunda berkontribusi terhadap masalah tersebut. Kalaumemungkinkan, raih tangan suami dan pegang demi melembutkan hatinya. Rilekskan wajah Bunda dan tersenyum.
Tidak merasa bahagia dengan kehidupan pernikahannya
Suami yang sering menyalahkan istrinya, bisa jadi ia merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Saat terjadi perselisihan, ia sama sekali tidak berniat mengajak berdiskusi untuk menemukan solusinya.
Alih-alih menyelesaikan konflik, ia justru menyalahkan istrinya dan menuduhnya sebagai akar masalah dari pertengkaran yang terjadi.
Jangan ragu untuk bertanya
Jika benar salah, beri tahu suami bahwa Bunda ingin memasuki ‘mode belajar’. Tanyakan pada suami bagaimana dia akan menangani situasi tersebut. Jelaskan tanpa membuat alasan, mengapa menurut Bunda situasi tersebut terjadi.
Jika suami sedang marah-marah, gunakan tangan Bunda untuk menunjukkan momen tenang atau waktu menyendiri ketika merasa disalahkan atas segalanya.
Sebagai solusi cara menghadapi orang yang menyalahkan Bunda atas segala hal, pastikan untuk tidak tajam dalam bertindak. Lembutkan ekspresi wajah Bunda dan tidak ada suara gertakan atau keluhan.
Jika cara-cara bijak di atas belum berhasil mengatasi suami yang sering menyalahkan istri, Bunda bisa minta bantuan profesional atau konsultan pernikahan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Buat rencana untuk mengatasi masalah tersebut bersama-sama
Diskusikan bersama-sama rencana untuk menangani situasi, perselisihan, dan kekecewaan yang terus berulang ini. Buat beberapa rencana dan ujilah untuk melihat mana yang berhasil.
Ubahlah agar sesuai dengan situasi Bunda. Mintalah suami Bunda untuk membaca berbagai saran atau menilai yang menurut mereka akan berhasil.
Rendahnya rasa percaya diri sebagai kepala keluarga
Ada saatnya suami mulai kehilangan rasa percaya dirinya sebagai kepala keluarga. Ia merasa telah kehilangan peran dan posisinya sebagai seorang suami dan orangtua bagi anak-anaknya.
Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, misalnya pendapatnya jarang didengarkan atau upayanya tidak membuahkan hasil yang baik. Dengan begitu, ada perasaan takut bahwa ia akan dinilai kurang kompeten sebagai kepala keluarga.
Akibatnya, suami akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kembali rasa percaya dirinya. Namun, dalam prosesnya bisa saja kurang berjalan mulus sehingga malah memicu berbagai konflik rumah tangga.
Misalnya, karena gengsi untuk meminta bantuan, ia justru malah menyalahkan anggota keluarganya karena telah membuatnya seperti ini.